Tuesday, April 23, 2013

Everybody needs a little sense of pride ...

Setiap orang membutuhkan sedikit saja penghargaan dari lingkungannya. Penghargaan adalah kebutuhan esensial manusia. Suami membutuhkan penghargaan istri, istri membutuhkan penghargaan suami. Orangtua membutuhkan penghargaan anak, anak juga membutuhkan penghargaan orangtua. Atasan membutuhkan penghargaan bawahan, bawahan juga membutuhkan penghargaan atasan. Bahkan seorang pendosa pun membutuhkan penghargaan, sehingga ia menutup-nutupi dosanya di hadapan orang banyak, takut kalau-kalau ia akan kehilangan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya.

Penghargaan terukur dari tidak hanya kepedulian dan perhatian, tapi juga dari simpati dan empati yang diberikan. Tidak cukup dengan hanya tau seseorang sakit, tapi juga kehadiran untuk menjenguk si sakit. Tidak cukup hanya dengan mengucapkan terima kasih pada hadiah yang diterima, tapi juga memakainya dengan suka cita. Tidak cukup hanya dengan mengatakan maaf untuk kealpaan yang tak disengaja, tapi juga berusaha tidak mengulanginya kembali. Tidak cukup hanya dengan memberikan apa yang menjadi kewajiban, tapi juga upaya memberi lebih dari yang bisa diberikan. Pada akhirnya, pemilik seluruh tindakan itu berharap ia akan menerima hal yang sama dari rekannya. Penghargaan selalu diiringi harapan akan resiprositas. Do what you want others do to you, kurang lebihnya begitu.

Saat ini, ketika hubungan manusia tidak lagi terikat pada pola tatap muka, penghargaan tetap tidak tergantikan. Di fesbuk, misalnya, saya sering perhatikan bagaimana orang senang berkomentar dan berharap dikomentari balik, dengan positif tentunya. Sementara di twitter, saya juga sering lihat bagaimana orang memfollow dan berharap difollow balik. Lebih jauh dari itu, saya suka perhatikan bagaimana sharing foto, quotes, words of wisdom, dan notes of opinion menjadi salah satu sarana untuk mendapatkan tidak hanya perhatian tapi juga penghargaan, di samping tujuan untuk berbagi tentunya.

Penghargaan melahirkan kebanggaan. Bangga bahwa dirinya diakui oleh lingkungannya. Kebanggaan melahirkan kepercayaan diri. Dan dari semua sumber rasa percaya diri, rasa bangga yang dibangun oleh keluarga adalah yang utama. Seseorang boleh saja mendapatkan cacian dari lingkungannya, tapi selama ia masih mendapatkan pengakuan dari keluarganya, selama ia masih menerima penghargaan dari pasangannya dan anak-anaknya, ia masih bisa mempertahankan kebanggaan dirinya. Namun ketika tak seorangpun, bahkan keluarganya sekalipun, mampu menghargainya, di titik itulah manusia akan tersadar bahwa kebanggaan bukanlah sesuatu yang ia ciptakan sendiri, melainkan pemberian diam-diam dari Sang Pemilik Kehormatan. Atas kehendak NYA sajalah ia mendapatkan penghargaan dari lingkungannya dan mendulang pengakuan dari kerja yang dilakukan di bawah izin NYA, lain bukan.



foto: dokumentasi pribadi

No comments:

Post a Comment