Tepat jam 8.30 pagi tadi kami berangkat. Si sulung segera memberitahu adiknya dimana lokasi buku-buku anak-anak berada. Berdua mereka berjingkat-jingkat ke lantai atas dan mencari buku 'baru' untuk dibaca. Saya sendiri menyibukkan diri dengan membaca majalah yang akhir-akhir ini makin saya nikmati membacanya. Berbeda dengan buku-buku teks yang dulu saya baca, membaca majalah benar-benar merefresh pikiran. Saya masih suka terkagum-kagum dengan majalah: meski tanpa segudang teori, namun artikel-artikel yang ditulis dengan bahasa yang ringan dan foto-foto yang ditampilkan dengan warna-warna segar di majalah mampu mengalirkan informasi tanpa mengurangi esensi. Ingin sekali saya bisa menulis di majalah dan dibaca tulisannya oleh banyak orang, alih-alih menulis di jurnal dan dibaca oleh hanya sedikit orang yang seringkali hanya tertarik mencari perdebatan, bukannya kebenaran.
Menjelang dzuhur, saat perut mulai tanjidor-an, anak-anak meminta pulang. Sebelum pulang, si bungsu difoto dan mendapatkan kartu anggota perpustakaan yang diidamkannya. Jika saja tadi ia tidak jatuh saat belari mengejar si sulung, pastilah sepanjang jalan menuju pulang ke rumah ia tersenyum tak habis-habisnya menunjukkan rasa puas mendapatkan kartu identitas pertamanya. Belum juga saya berhenti membayangkan kegembiraan si bungsu, sesampainya di rumah, ia segera memamerkan kartu barunya kepada eyangnya sebagai 'kartu kredit'. Ah, dasar, anak-anak ^!!^
foto: dokumentasi pribadi
No comments:
Post a Comment