Beberapa minggu terakhir
ini saya dibuat kesal dengan maraknya spamming pesan di jejaring
media massa dan media sosial yang berusaha menyebarluaskan fitnah
atas diri seseorang atau sekelompok orang dengan menyebutkan mereka
sebagai kafir atau sesat. Kekesalan saya muncul bukan karena saya
yang difitnah (emang situ siapa? hehehe ...), tapi karena banyak di antara kita yang tidak sadar
bahwa ini merupakan skenario besar untuk memecah belah kerukunan
beragama di masyarakat. Tanpa sadar juga, kita lalu menjadi bagian
dari skenario besar tersebut dengan cara sharing link yang bahkan
belum sempat kita kros cek isi dan kebenarannya. Rasanya sharing is
caring tidak berlaku jika pesan yang kita sampaikan justru merugikan
orang lain, lagipula apa iya mereka yang kita sebut kafir memang
benar tersesat atau jangan-jangan malah diri kita yang tersesat
karena tidak mampu memilah informasi mana yang benar sehingga percaya
begitu saja informasi sepihak yang kita terima. Pelajaran pertama
yang saya dapat dari sini adalah: selalu verifikasi berita dan
informasi yang sampai sebelum kita sebarluaskan kepada pihak ketiga.
Jangan sampai kita malah menjadi distributor berita viral yang
bermuatan fitnah.
Sosial media memang
memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk berbagi informasi dan
cerita, namun apa iya semua informasi dan cerita itu layak dipercaya?
Tentu, jika informasi yang dibagi positif hasilnya insyaa Allah akan
positif tapi jika yang pesan yang dibagi justru mengandung bibit
permusuhan dan kebencian bukan tidak mungkin jika hasil yang didulang
malah negatif. Naudzubillah. Anehnya, sebagian besar dari tulisan
yang marak beredar dan disebarluaskan di fesbuk dengan cara click and
share ditulis oleh penulis pertama yang namanya disesaki dengan label
dan gelar kehormatan, seperti profesor, doktor, dan semacamnya.
Pelajaran kedua yang saya dapat dari sini adalah: jangan pernah
meng-under estimate diri sendiri dengan cara menerima begitu saja
kebenaran pendapat orang yang dianggap terhormat dan terdidik. Orang
pandai belum tentu bijaksana, apalagi terhormat. Kehormatan dan
kebijaksanaan seseorang tidak serta merta lahir dari banyaknya titel
dan gelar yang melekat di namanya.
Beberapa minggu
sebelumnya saya juga dibuat kesal dengan informasi yang saya dapat
dari sebuah facebook fanpage parenting yang saya ikuti. Fanpage itu
membagi notes yang ditulis salah seorang anggotanya yang isinya
berupa peringatan bagi para orangtua agar mewaspadai games di
internet yang dengan mudah diakses anak-anak karena mengandung unsur
pornografi. Ketika saya coba kros cek kebenaran isi pesan itu dengan
cara googling, ternyata saya menemukan beberapa sumber lain yang
isinya menunjukan keprihatinan serupa. Itu berarti, pesan pertama
yang saya dapatkan tentang bahaya games yang berupaya menyebarluaskan
virus pornografi kepada anak-anak telah terverifikasi melalui kros
cek dan layak untuk disebarluaskan sebagai peringatan bagi para
orangtua lainnya. Pelajaran ketiga yang saya dapat dari sini adalah:
Daripada sibuk mencari celah kekurangan kelompok lain dan merasa
benar diri dengan menjadi bagian dari mayoritas, lebih baik
memberikan lebih banyak perhatian pada urusan anak-anak dan tantangan
besar yang harus mereka hadapi kelak. Entahlah, sebagai ibu, saya
berpendapat bahwa ancaman pornografi terhadap anak-anak jauh lebih
real dibandingkan “ancaman” kelompok yang memiliki keyakinan atas
Tuhan yang sama namun memilih interpretasi yang berbeda atas sejarah
dan penerapan beribadah kepada-Nya (wallahu'alam). Ancaman yang sebenarnya menurut saya adalah mereka yang terlibat dalam industri pornografi, baik mereka yang mendapat keuntungan ekonomi dari industri pornografi maupun para predator yang tidak hanya menjadi konsumen namun juga mendapat kenikmatan dengan cara merusak kehormatan, mental, dan harga diri orang lain akibat adiksi pornografinya. Maka, sharing is caring bagi saya adalah ketika saya berbagai peringatan kepada sesama orang tua tentang bahaya pornografi, atau cara mengatasi kecanduan games, atau cerdas menggunakan media sosial, atau tema semacam yang penting diketahui orang tua :-)
No comments:
Post a Comment